Kamis, 28 Juni 2018

Pertandingan Antar Sekolah Cedas Cermat

Pertandingan Antar Sekolah Cedas Cermat


Di beritahukan kepada seluruh siswa Conto ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Libur Idul Fitri 2018

Libur Idul Fitri 2018


Di beritahukan kepada seluruh siswa Conto ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Bersenang-senang Ala Polandia di SMP Labschool Kebayoran

Bersenang-senang Ala Polandia di SMP Labschool Kebayoran


JakartaCNN Indonesia -- Jumat (23/2), SMP Labschool Kebayoran mengadakan acara LICD atau Labschool International Cultural Day dalam rangka ACEX 2018. Kelas saya, kelas 7F mendapatkan Polandia. Kelas dihias dengan hiasan khas Negara polandia, sangat baik dan juga indah. Banyak makanan-makanan khas Polandia.

Saat utusan dari Polandia masuk ke dalam kelas, semua siswa sangat semangat dan antusias. Suasananya sangat ramai dan senang. Kostum yang dipakai oleh maskot, yaitu Adinia dengan Rashaqa, adalah baju tradisional Polandia. Interaksi antara siswa dengan orang Polandia itu sangat seru dan kami memperhatikan apa yang mereka jelaskan dengan saksama.

Utusan dari Polandia itu adalah Martha Swiderska. Beliau tinggal di kota Poznan, Polandia. dia adalah guru bahasa Polandia dari Universitas Indonesia. Dia menyampaikan banyak hal tentang Polandia. Seperti, sejarah dan asal mula tentang lambang, nama, dan bendera yang hampir mirip dengan Indonesia. Ms. Martha juga mengajarkan beberapa bahasa Polandia

Siswa/i tidak terlalu banyak bertanya, tapi justru banyak menjawab pertanyaan dari Ms. Martha. Salah satu pertanyaannya seperti ini, "Siapa yang sudah tahu apa saja ciri khas Polandia?"

"Persiapan kelas 7F dalam menyambut guru bahasa Polandia itu tidak terlalu sulit. Tapi kesulitannya adalah agak susah melapalkan bahasa Polandia, dan cara mengatasi kesulitan itu adalah dengan cara mempelajarinya lebih dalam lagi," kata Azra Liyana Ramadhany, siswa kelas 7F.

Hari itu sangat seru. Kami menyanyi bersama. Yang uniknya kami menyanyikan Pundak Lutut Kaki dengan bahasa Polandia. Wah seru kan?

Saat selesai acara. Kami semua langsung membersihkan kelasnya kembali seperti semula. Kami bekerja sama mencopotkan balon dan foto foto yang ada sambil bersenang-senang.


(ded/ded)
Mengenal Inggris Lebih Dekat di SMP Labschool Kebayoran

Mengenal Inggris Lebih Dekat di SMP Labschool Kebayoran


JakartaCNN Indonesia -- Siswa kelas 8B di SMP Labschool Kebayoran senang bukan main. Pengundian menghasilkan keputusan, kelas mereka akan menyambut perwakilan dari kedutaan besar Inggris pada saat kegiatan Labschool International Cultural Day (LICD). Banyak kelas yang mengingini negara itu. 

Tibalah waktunya menghias kelas 8B dengan dekorasi berkonsep tempat wisata di Inggris, sehari sebelum hari-H. Kesulitannya cukup tinggi, sebab waktu yang diberikan terasa singkat. Tapi melalui kerjasama seluruh siswa kelas itu dan bantuan tim orang tua, usaha mereka mencapai hasil yang diinginkan. 

Pada hari-H, Jumat (23/2), seluruh siswa 8B menggunakan kostum berhiaskan bendera dan stiker Inggris, serta mahkota. Sedangkan maskot mengunakan pakaian khas kerajaan Inggris. Ketika Mr. James Stephen Read tiba, selaku perwakilan dari kedubes Inggris, datang, mereka tampak sangat semangat menyambut. 

Di kelas, Channo Adikara dan Chitaravidtya Faizarahmi menjadi MC. Mereka membuka acara dengan bagus dan penuh improvisasi.

Mr Stephen juga menyampaikan penjelasan mengenai Inggris dengan cara yang menyenangkan. Dia menjelaskan dengan interaktif dan tidak terpaku pada presentasi yang monoton. "Seru, soalnya topik yang dibahas bukan cuma satu, beragam jadi walau minat anak beda beda di kelas, semua pertanyaan bisa terjawab," ujar Raisa Diamdra Surjijanto, salah satu siswa 8B. 

Banyak sekali hal yang dijelaskan. Seperti arti bendera Inggris, perbedaan Indonesia dan Inggris, keluarga kerajaan, ciri khas negara itu, sampai mitos-mitos yang ada di sana. 

(ded/ded)
Negeri Matahari Terbit di SMP Labschool Kebayoran

Negeri Matahari Terbit di SMP Labschool Kebayoran


JakartaCNN Indonesia -- Dalam rangka acara ACEX 2018, SMP Labschool Kebayoran mengadakan acara Labs International Cultural Day, atau biasa disingkat LICD. Kelas saya, kelas 7E, kedatangan tamu dari Jepang. Kami sangat antusias, seluruh dekorasi kelas kami kerjakan sendiri. Mulai dari gerbang kuil yang menghiasi pintu masuk, gantungan origami burung bangau di setiap jendela, bendera-bendera Jepang yang digantung sedemikian rupa, pohon sakura, sampai empat buah backdrop berisi lukisan keindahan Negeri Matahari Terbit. 

Pada hari Jumat (23/2), kami memakai kaus kelas dan celana training Labschool beserta hachimaki, ikat kepala yang berasal dari Jepang. siswa-siswi kelas 7E juga turut membawa bendera Jepang. Berbeda dengan yang lain, maskot kelas kami, Sharen Nandiva dan Muhammad Athallah Raihan serta MC kami, Sashira Meiza dan Hasbi Cholid, mengenakan yukata, pakaian tradisional asal Jepang.

Saat utusan kedubes dari Jepang memasuki ruangan, kami duduk dengan tenang dan bersemangat di saat yang sama. Ada Sensei Risa Semidang dan Mrs. Azusa Hirata, yang kami panggil Azusa-san. 

Sensei Risa Semidang adalah seorang blasteran Jepang-Indonesia sedangkan Azusa-san seorang warga negara Jepang asli yang baru tinggal di Indonesia selama 4 bulan. Azusa-san juga tidak terlalu lancar berbahasa Indonesia. Sehingga ia berbicara dengan bahasa Jepang dan Sensei Risa menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.

Sebelum memulai acara, mereka menanyakan tentang budaya Jepang apa saja yang kami ketahui. Sebagian besar menjawab anime, seperti Naruto dan komik Jepang seperti Doraemon dan detektif Connan, yang membuat suasana kelas dipenuhi oleh gelak tawa. Sensei Risa Semidang dan Azusa-san juga mengaku cukup terkejut saat kami mengetahui theme song Ninja Hattori dan beberapa anak ada yang menonton anime Sailor Moon.

Selain itu, Azusa-san menyusun presentasi yang sangat menarik mengenai Jepang. Beliau menyampaikan kami mengenai budaya Jepang melalui presentasi mengenai makanan Jepang. Tak hanya tahu banyak mengenai makanan Jepang, kami juga diberitahu tentang huruf Kanji, Katakana, dan Hiragana. kami juga diajarkan bahasa Jepang yang biasanya ada dalam suatu percakapan.

Sebagian besar waktu kami habiskan membuat Hashioki atau alas sumpit. Kami membuat Hashioki yang mudah dibuat dan terlihat lucu seperti bentuk hati dan bintang. Menurut Azusa-san, apabila seorang turis asing dapat membuat Hashioki saat sedang makan di Jepang, orang-orang Jepang akan sangat respek terhadap kita.

Tidak hanya mengenai Hashioki, kami juga diajari tata krama saat makan di Jepang. "Sebenarnya tata krama di Jepang sangat banyak. Tetapi salah satu yang paling penting untuk dipelajari adalah tata krama atau adab saat makan," ucap Sensei Risa Semidang.

Contohnya, di Jepang kita harus meletakkan Hashi (sumpit) milik kita saat sedang berbicara di atas meja. Sungguh tidak sopan bila kita mengacung-acungkan sumpit terhadap orang lain saat berbicara. Kita juga tidak diperbolehkan menaruh sumpit di atas piring saat makan. Orang Jepang akan menganggap kalau kita sudah selesai makan dan akan segera mengangkat piring milik kita. Sebelum memulai makan, kita juga mengucapkan Itadakimasu, yang dalam bahasa Indonesia artinya selamat makan. 

Saat acara sudah ingin berakhir, Sensei Risa Semidang menyampaikan bahwa ia dan Azusa-san sangat terkejut dan kagum atas dekorasi kelas kami. Terlebih saat mereka diberitahu kalau siswa-siswi kelas 7E sendiri yang membuat dan mendekorasinya. Menurut mereka, apa yang sudah kami suguhkan sangat Omotenashi, yaitu istilah dalam bahasa Jepang yang mengungkapkan keramahtamahan atau penyambutan sepenuh hati kepada para tamu yang disambut. 

Acara di kelas kami ditutup dengan sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan kami adalah apa perbedaan antara yukata dan kimono yang merupakan pakaian tradisional Jepang. Jadi, pada zaman dahulu, yukata hanya digunakan sebagai pakaian di rumah dan pakaian tidur. Perbedaan yang cukup mencolok antara yukata dan kimono adalah pemakaian kimono sampai berlapis-lapis, sedangkan yukata tidak. 

Rasa lapar kami yang diakibatkan oleh suguhan presentasi Azusa-san mengenai budaya Jepang lewat makanan tradisional, akhirnya terbayarkan. Sebelumnya, kami memakan kue Mochi beserta Dorayaki dan meminum Ocha. Lalu, kami dibagikan sepiring sushi yang kami makan bersama-sama. Tak lupa, kami juga mempraktikkan table manner yang baru saja diajarkan dan memakai Hashioki kami masing-masing yang sebelumnya telah dibuat bersama.

Setelah acara makan bersama selesai, kami berfoto bersama dengan Sensei Risa Semidang dan Azusa-san. Suasananya sangat meriah sampai wali kelas kami, Bu Sumiati dan Bu Rina Maryana, juga turut memakai yukata kembar! Sungguh suatu pengalaman yang sangat mengesankan dan tak terlupakan. Kegiatan ini tentu akan meninggalkan kesan yang mendalam bagi kami mengenai Negeri Matahari Terbit yang terkenal dengan tata kramanya. 
Aneka Cerita dan Rasa Tentang Jerman di Kelasku

Aneka Cerita dan Rasa Tentang Jerman di Kelasku



JakartaCNN Indonesia -- Dalam acara Labschool International Cultural Day, Jumat (23/2), yang merupakan bagian dari acara ACEX 2018, kelas saya, kelas 8F SMP Labschool Kebayoran, menerima kedatangan perwakilan kedutaan besar Jerman. Saya dan Hanson menjadi maskot di kelas ini. Kami memakai pakaian tradisional Jerman, sedang teman yang lain memakai kaus hitam dan hiasan stiker bendera Jerman serta bendera Jerman di tangan.


Sebelumnya, kami melakukan parade terlebih dahulu. Maskot berada di paling depan disusul oleh teman-teman, lalu disusul lagi oleh kelas-kelas yang lain. Kelas kami yang paling pertama keluar sekolah untuk parade. Setelah sampai sekolah lagi, kami dibariskan di plaza, dan di sana kita mendengar pidato-pidato, dan penyambutan para delegasi (narasumber) masing-masing negara.



Narasumber di kelas 8F adalah Pak Moritz Kleine asal Jerman dan Kak Olivia Sopacua dari Indonesia, yang dulu tinggal di Jerman untuk belajar. Homebase 8F adalah ruang matematika lantai 2, yang sudah didekorasi nuansa Jerman. 



Jadi pertama, kami membawa narasumber ke kelas. Sudah tersedia makanan khas Jerman yang enak-enak, mading, dan arena untuk bermain sepak bola. Mereka senang sekali karena semuanya menarik dan rapi.



Yang pertama presentasi adalah Pak Moritz, yang memakai jersey klub nasional Jerman. Dia bercerita banyak tentang kota di Jerman, sepak bola Jerman, makanan Jerman, dan lain-lain, pokoknya Jerman, deh! 



Setelah presentasi, ia bermain bola di arena yang sudah disiapkan. Setelah itu sesi pertanyaan. Dilanjutkan dengan presentasi dari Kak Olivia. Dia juga bercerita banyak tentang Jerman, tetapi berbeda. Dia bercerita tentang pengalamannya belajar di Jerman, kampusnya, suasana di Jerman, cara adaptasi dengan cuaca di sana, dan subjek-subjek presentasi dari Pak Moritz juga dia sampaikan, tetapi tidak sama persis. 



Setelah itu, Kak Olivia juga mengadakan kuis. Siapa yang bisa menjawab benar, mendapat hadiah berupa sticky notes, yang merupakan oleh-oleh dari Jerman. Tak lupa dia juga mengadakan tanya jawab, yang disambut antusias oleh teman-teman.



Setelah presentasi, ada sesi foto bersama seluruh anggota kelas, pembicara, guru, dan orang tua. Dilanjutkan dengan makan bersama, dengan menu spesial Jerman! Ada chicken schnitzel, salad kentang khas Jerman, mushroom sauce, sosis bratwurst, dan sebagainya. Tak lupa yang manis-manis, seperti apple strudel, coklat-coklat dan kue black forest. Untuk minumannya ada soda Jerman, dan air putih yang terdapat stiker bendera Jerman. Rasanya? Wah, top markotop deh! Makanan Jerman enak!



Sesi makan-makan juga disertai dengan foto-foto. Cukup banyak diantara kami yang membawa kamera, termasuk saya. Kami juga berfoto dengan anak-anak student exchange dari sekolah-sekolah lain, ada yang dari SMPN 13, SMP Al-kautsar, SMPN 250, dan yang dari luar kota DKI Jakarta, SMP 1 Surabaya! Mereka juga turut mengikuti acara LICD ini. 



Sehabis makan-makan, kami turun ke bawah untuk sesi foto lagi, 1..2..3.. Cekrek! Lalu narasumber berpamitan, setelah itu mereka menuju ke ruang Fisika lantai 1, alias "International Guests Room"



Eits... Kami juga harus berberes-beres kelas, lho. Setelah sesi foto, kami menuju homebase untuk kerja sama membereskan kelas. Sementara siswa-siswi student exchange SMP 13, 250 dan Al-kautsar pamit pulang. Kami menyusun meja dan kursi kembali ke tempatnya, melepas dekorasi, dan menyapu lantai.(ded/ded)
Lomba Mading PMR, Ajak Pelajar Siaga Bencana

Lomba Mading PMR, Ajak Pelajar Siaga Bencana



JakartaCNN Indonesia -- Warna-warni pernak-pernik berbagai jenis majalah dinding (Mading) dengan tema dan pesan ''Ayo Siaga Bencana" dan "Remaja Sehat Peduli Sesama" (RSPS) berjajar di Aula kampus Universitas Suryakencana Cianjur, Jawa Barat. Hal ini mewarnai Kemeriahan lomba para generasi muda sukarelawan PMI dalam ajang Pekan Perlombaan PMR Korps Sukarela (P3K) Universitas Suryakencana. 


Kemeriahan lomba majalah dinding (mading) dua dimensi yang dibuat oleh para anggota Palang Merah Remaja (PMR) baik PMR Madya/SMP maupun PMR Wira/SMA se-Jawa Barat itu mengundang antusias banyak peserta dari berbagai unit sekolah yang mengirimkan para peserta terbaiknya masing masing. Berbagai buah karya ditampilkan dengan memainkan tema dan pesan kemanusiaan.



"Kegiatan ini bertujuan menciptakan remaja yang tangguh dan meningkatkan jiwa kepedulian sesama dan memupuk jiwa kemanusiaan khususnya para anggota Palang Merah Remaja (PMR) di setiap sekolah," kata Rektor Universitas Suryakencana Prof. Dr. H. Dwidja Priyatno, dalam sambutannya saat membuka secara resmi kegiatan ini.



Menurutnya, event yang merupakan rangkaian dies natalis civitas akademika mahasiswa Unsur ini, merupakan ajakan kepada seluruh peserta untuk lebih meningkatkan kepedulian sesama sejak dini. Dia berpesan dalam perlombaan ini mengajak para peserta menjaga sportivitas, kerjasama, serta selalu memperhatikan kesehatan setiap masing masing tim sekolahnya.



Sementara itu, Hery Hidayat, Kepala Markas PMI Cianjur mengatakan, kegiatan lomba ini dilaksanakan oleh Unit kegiatan mahasiswa (UKM) Korps Sukarela (KSR) unit perguruan tinggi Unsur Cianjur sebagai program tahunan, untuk bahan evaluasi bersama materi materi kepalangmerahan dan ajang peningkatan kapasitas para sukarelawan muda PMI yang tergabung melalui kegiatan PMR.



"Dalam perlombaanya tak hanya mata lomba jenis mading saja, berbagai mata lomba lainnya pun digelar, seperti Lomba Pertolongan Pertama, Tandu darurat, PMR Pintar, dan Mojang jajaka (Moka) PMR," kata Hery.



Lebih lanjut Hery mengatakan, tujuan utama diadakannya event ini adalah sebagai ajang evaluasi dan edukasi seputar materi kepalangmerahan. Juga diharapkan mampu memupuk rasa persaudaraan antar sesama relawan serta memotivasi para anggota PMR untuk lebih giat berlatih dan mengembangkan organisasinya dalam melanjutkan berbagai kegiatan kemanusiaan.



Sementara itu salah satu peserta dari perwakilan PMR SMAN 1 Cianjur, Kuvita, mengatakan, senang menjadi perwakilan dalam kegiatan lomba mading ini. Selain bisa mengembangkan minat dan hobinya dalam karya seni mading dan menggambar, dia bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan para anggota PMR lainnya di acara ini.



Hal senada diungkapkan Annisa, pelajar dari perwakilan SMK Tunas Harapan Bangsa (THB). Dia mengungkapkan kegemarannya dalam membuat karya mading. Melalui mading ini dia dapat memberikan pesan kepada teman teman sebaya lainnya akan pentingnya menolong sesama dan kesiapsiagaan bencana di sekolah. (ded/ded)